Sah! – Deflasi merupakan kondisi ekonomi yang ditandai oleh penurunan berkelanjutan dalam harga umum barang dan jasa selama periode tertentu.
Sementara inflasi menunjukkan peningkatan harga, deflasi justru mencerminkan penurunan harga yang berlangsung terus-menerus.
Deflasi di Indonesia pada tahun 2024 menjadi fokus utama dalam dinamika ekonomi nasional. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa negara ini mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut hingga September 2024, dengan tingkat deflasi bulanan terbaru mencapai 0,12%.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) menurun dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada September 2024.
Ia menambahkan bahwa ini adalah deflasi kelima yang terjadi berturut-turut sepanjang tahun ini, yang disebabkan oleh penurunan harga-harga.
“Deflasi yang berlangsung dalam lima bulan terakhir umumnya dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas yang fluktuatif,” ujarnya dalam konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta Pusat, pada Selasa (1/10).
“Pada September 2024, terjadi penyesuaian harga BBM, di mana bahan bakar khusus non-subsidi mengalami penurunan. Kami mencatat bahwa bensin dan solar mengalami deflasi masing-masing sebesar 0,72 persen dan 0,74 persen,” tambahnya.
Penurunan harga bensin memberikan kontribusi sebesar 0,04 persen terhadap deflasi. Selain itu, tingkat deflasi bensin bulan ini menjadi yang terendah sejak Desember 2023.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau juga berkontribusi signifikan terhadap deflasi yang terus berlangsung di Indonesia.
Pada September 2024, kelompok ini mencatat deflasi sebesar 0,59 persen, yang memberikan kontribusi sebesar 0,17 persen.
Kondisi deflasi yang berkepanjangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan ekonom dan masyarakat mengenai dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Ekonom Nailul Huda dari Center of Economic and Law Studies (Celios) memperkirakan bahwa deflasi ini bisa berdampak pada target pertumbuhan ekonomi tahun 2024, yang diproyeksikan sekitar 5 persen.
“Akibatnya, pertumbuhan ekonomi diprediksi akan melambat. Target 5 persen menurut saya sangat moderat dan realistis dalam kondisi saat ini. Jika lebih dari 5 persen, itu sudah dianggap bonus. Sementara itu, jika kurang dari 5 persen, itu wajar,” ujar Nailul Huda kepada Liputan6.com pada Selasa (1/10/2024).
Deflasi ini bahkan lebih dalam dibandingkan bulan sebelumnya, menunjukkan adanya tren penurunan harga yang semakin nyata.
Secara tahunan (year-on-year), Indonesia mencatat inflasi sebesar 1,84%, yang lebih rendah dari periode sebelumnya yang mencapai 2,12% yoy.
Sementara itu, inflasi tahun kalender (year-to-date) tercatat sebesar 0,74%. Angka-angka ini menunjukkan bahwa meskipun inflasi masih ada secara tahunan, tren deflasi bulanan yang konsisten memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian.
BPS mencatat bahwa deflasi mulai menunjukkan perbaikan pada Agustus 2024, dengan angka kembali mencapai 0,03 persen secara bulanan. Namun, saat ini, tingkat deflasi di Indonesia kembali memburuk.
Deflasi ini menjadi catatan buruk di akhir pemerintahan Presiden Joko Widodo, mengingat Indonesia telah mengalami deflasi selama lima bulan berturut-turut, dari Mei hingga September 2024.
Dari segi provinsi, terdapat sepuluh wilayah yang mengalami deflasi paling signifikan pada bulan lalu. Papua Barat mencatat deflasi terparah, mencapai 0,92%, yang menunjukkan penurunan harga konsumen yang cukup signifikan.
Papua Selatan berada di urutan kedua dengan deflasi sebesar 0,74%, sedangkan Papua Pegunungan menempati posisi ketiga dengan deflasi 0,60%.
Sulawesi Utara dan Aceh, meskipun terpisah oleh lautan, mengalami tingkat deflasi yang hampir serupa, yakni 0,54% dan 0,52% secara berurutan, menunjukkan bahwa deflasi tidak hanya terjadi di satu pulau.
Sumatera Barat dan Papua Tengah mencatat angka deflasi yang identik, yaitu 0,44%, meskipun berasal dari pulau yang berbeda. Sementara itu, provinsi Papua mengalami deflasi sebesar 0,41%, sedikit lebih rendah dari Papua Tengah.
Riau, yang terletak di Pulau Sumatera, juga masuk dalam sepuluh provinsi dengan deflasi terparah, mencatat angka 0,33% setelah Sumatera Barat dan Aceh. Bengkulu menutup daftar dengan deflasi sebesar 0,28%.
Dari sepuluh provinsi yang tercatat, lima di antaranya berasal dari Pulau Papua, menunjukkan adanya tren deflasi yang lebih kuat di wilayah timur Indonesia dibandingkan dengan daerah lainnya.
Perlu diakui bahwa deflasi dapat memberikan keuntungan bagi konsumen dalam jangka pendek, karena harga barang dan jasa yang lebih rendah memungkinkan mereka untuk mengalihkan pengeluaran ke kebutuhan lainnya.
Namun, deflasi yang berlangsung lama dapat berdampak buruk bagi perekonomian, seperti penurunan produksi dan investasi, perlambatan pertumbuhan ekonomi, serta kemungkinan peningkatan angka pengangguran.
Sah! Indonesia hadir sebagai solusi dari berbagai legalistas bisnis anda. Masih bingung dengan masalah legalitas? tidak perlu khawatir!
Sah! menyediakan berbagai layanan legalitas bisnis yang anda butuhkan. Untuk informasi lebih lanjut kunjungi laman resmi Sah.co.id.
Jika membutuhkan konsultasi legalitas bisa klik tombol WhatsApp di kanan bawah atau melalui 0851 7300 7406
Sources;