Tag: ekspor

  • Ini Syarat Jadi Perusahaan Ekspor di Indonesia

    Ini Syarat Jadi Perusahaan Ekspor di Indonesia

    Sah! – Ekspor merupakan kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia ke daerah pabean negara lain.

    Biasanya proses ekspor dimulai dari adanya penawaran dari suatu pihak yang disertai dengan persetujuan dari pihak lain melalui sales contract process, dalam hal ini adalah pihak Eksportir dan Importir.

    Proses pembayaran untuk pengiriman barang dalam kegiatan ekspor dapat melalui metode Letter of Credit (L/C) atau non-L/C.

    Perusahaan ekspor adalah perusahaan yang menjual produk-produknya ke negara lain.

    Ekspor biasa dilakukan oleh perusahaan manufaktur maupun perusahaan yang menjual produk-produk agrikultural atau pertambangan.

    Ekspor dapat dilakukan dengan cara menjual produk-produk ke perusahaan di negara tujuan, atau langsung ke konsumen di negara tujuan.

    Untuk menjadi sebuah Perusahaan ekspor harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

    1. Perusahaan harus berbentuk Badan Hukum, yang berupa:

    • CV (Commanditaire Vennootschap)
    • Firma
    • PT (Perseroan Terbatas)
    • Persero (Perusahaan Perseroan)
    • Perum (Perusahaan Umum)
    • Perjan (Perusahaan Jawatan)
    • Koperasi

    2. Memiliki NPWP (Nomor Wajib Pajak)

    3. Mempunyai salah satu izin yang dikeluarkan oleh Pemerintah seperti:

    • Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dari Dinas Perdagangan
    • Surat Izin Industri dari Dinas Perindustrian
    • Izin Usaha Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) atau Penanaman Modal Asing (PMA) yang dikeluarkan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

    Perusahaan ekspor dapat dikategorikan menjadi perusahaan ekspor produsen dan perusahaan ekspor bukan produsen.

    Pages: 1 2

  • RI Diramalkan Tahan Terhadap Resesi.

    RI Diramalkan Tahan Terhadap Resesi.

    Sah! – Resesi sendiri adalah kondisi perekonomian yang mampu membuat perusahaan jatuh bangkrut. Resesi dapat muncul karena beberapa faktor, yaitu:

    Inflasi

    Inflasi adalah kondisi naiknya harga secara terus menerus, baik itu harga barang maupun jasa. kenaikan harga ini berimbas pada melemahnya daya beli masyarakat yang nantinya diikuti juga dengan penurunan produksi barang dan jasa.

    Jika dibiarkan dalam waktu lama, hal ini akan mengakibatkan tingginya angka pengangguran akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) secara massal, kemiskinan, dan terjadi resesi.

    Deflasi Berlebihan

    Seperti halnya inflasi, deflasi juga bisa membawa pengaruh yang buruk dan memicu terjadinya resesi. Deflasi adalah sebuah kondisi dimana harga barang dan jasa turun dari waktu ke waktu yang akhirnya berimbas pada upah yang dibayarkan mengalami penurunan.

    Deflasi juga ditandai dengan adanya penundaan pembelian barang atau jasa sampai harga terendah. Hal ini tentunya sangat beresiko bagi pemilik usaha. Sebab, meskipun daya beli masyarakat kemungkinan akan naik, nyatanya pemilik usaha harus menekan biaya produksi yang berujung pada ruginya suatu bisnis. 

    Jika masyarakat atau unit bisnis berhenti untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti membelanjakan uangnya, bukan tidak mungkin kondisi ekonomi yang ada akan rusak.

    Gelembung Aset Pecah

    Penyebab berikutnya resesi adalah pecahnya gelembung aset. Hal ini bisa terjadi saat investor mengambil langkah secara gegabah.

    Misalnya, terjadi pembelian saham dan properti secara masif dengan anggapan harganya akan naik dengan cepat. Lalu, saat keadaan ekonomi tengah goyah, mereka akan beramai-ramai menjualnya yang mengakibatkan terjadinya panic selling dan berujung pada resesi akibat rusaknya pasar.

    Guncangan Ekonomi yang Mendadak

    Pemicu lain resesi adalah guncangan ekonomi secara mendadak. Hal ini ditandai dengan menurunnya daya beli yang disebabkan kesulitan finansial serta masalah serius lainnya seperti tumpukkan hutang.

    Hutang yang menumpuk akan mempengaruhi membengkaknya bunga yang perlu dibayarkan dan berujung pada ketidakmampuan untuk melunasinya atau gagal bayar. 

    Perkembangan Teknologi

    Resesi adalah kemerosotan ekonomi yang tidak hanya disebabkan dari aktivitas ekonomi itu sendiri. Perkembangan teknologi turut menjadi faktor adanya resesi. 

    Hal ini bisa terjadi karena adanya penurunan lapangan pekerjaan yang banyak digantikan oleh teknologi terkemuka seperti Artificial Intelligence (AI) dan robot. Alhasil, lapangan pekerjaan akan menurun drastis dan membuat angka pengangguran meningkat.

    Ketidakseimbangan Antara Produksi dan Konsumsi

    Ketidakseimbangan antara produksi dan konsumsi menjadi pemicu berikutnya. Barang dan jasa yang diproduksi secara berlebih dengan tingkat konsumsi atau daya beli yang menurun bisa membawa malapetaka bagi produsen.

    Hal ini mendorong terjadinya impor secara besar-besaran, membengkaknya pengeluaran perusahaan, dan menipisnya laba perusahaan dalam negeri.

    Pertumbuhan Ekonomi Mengalami Penurunan Selama Dua Kuartal Berturut-Turut

    Salah satu indikasi resesi adalah adanya penurunan pertumbuhan ekonomi selama dua kuartal berturut-turut yang dinilai dari melemahnya Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara.

    Nilai Impor Lebih Besar dari Ekspor

    Indikasi lain terjadinya resesi adalah nilai impor suatu negara lebih besar ketimbang ekspor. Hal Ini bisa memberikan efek terhadap defisitnya anggaran negara dan terjadinya penurunan pendapatan nasional.

    Tingginya Tingkat Pengangguran

    Tingginya angka pengangguran suatu negara bisa mengindikasikan negara tersebut mengalami resesi. Sebab, tenaga kerja memiliki peran penting dalam perputaran perekonomian suatu negara.

    Apabila angka pengangguran meningkat secara terus menerus, hal ini akan mengakibatkan terjadinya tingkat kriminalitas yang ikut naik. 

    Secara garis besar, Resesi adalah situasi yang muncul karena berbagai faktor. Misalnya krisis keuangan, salah mengambil keputusan perekonomian, adanya disrupsi rantai pasokan, disrupsi perdagangan eksternal, pecahnya gelembung ekonomi, sampai dengan faktor yang ada di luar kuasa manusia seperti bencana alam atau pun pandemi

    Dalam laporan Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia mampu tumbuh hingga 5,72% year on year pada kuartal III-2022. Pertumbuhan ini lebih besar dari prediksi awal di angka 5,5%. Hal tersebut telah diprediksi oleh Bank Indonesia bahwa ekonomi Indonesia akan terus tumbuh di angka 4-5%. Selain itu BPS juga menyampaikan bahwa pada Oktober 2022 inflasi Indonesia turun dari 5,95% ke angka 5,71% secara year on year.

    Kondisi ini sangat menggambarkan bahwa Indonesia masih aman dari ancaman resesi. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan kondisi ini, hal yang dapat dilakukan adalah dengan beberapa cara, yaitu: Meningkatkan konsumsi masyarakat dan Investasi.

    Sesuai data yang ada bahwa konsumsi masyarakat ini sangat berpengaruh sekali terhadap PDB Nasional hingga menyentuh angka 50,3%. Sedangkan dalam aspek investasi, Properti masih menjadi primadona yang menjanjikan dalam berinvestasi. Dalam Market Index Property mencatat bahwa indeks harga properti naik hingga 4,9% year on year pada kuartal III-2022.

    Kenaikan Index didukung oleh adanya permintaan yang mengalami kenaikan 16,4% secara year on year. Jadi, meskipun ada ancaman resesi, properti ini bisa jadi pilihan yang tepat untuk investasi. Terutama properti yang berada di lokasi strategis, seperti:

    • Dekat dengan akses tol dan akses transportasi umum.
    • Dekat dengan fasilitas pendidikan.
    • Berlokasi tidak jauh dari Public Area.

    Itulah pembahasan yang bisa Sah! berikan, semoga bermanfaat.

    Untuk yang hendak mendirikan lembaga/usaha atau mengurus legalitas usaha bisa mengakses laman Sah!, yang menyediakan layanan berupa pengurusan legalitas usaha . Sehingga, tidak perlu khawatir dalam menjalankan aktivitas lembaga/usaha .

    Informasi lebih lanjut, bisa menghubungi via pesan instan WhatsApp ke +628562160034.