Sah! – Halo Kdrama Lovers! Siapa di sini yang masih gamon dengan Hospital Playlist? Bahkan bagi kalian yang juga menonton “Resident Playbook” tentu tidak asing dengan Yulje Medical Center. Yulje Medical Center adalah satu-satunya warisan dari ayah Jeong-won kepada anaknya.
Menariknya, walaupun Yulje Foundation secara resmi berbentuk yayasan fiktif dalam drama Korea, namun demikian, dalam konteks hukum Indonesia, Yulje Medical Center bisa menjadi contoh nyata bagaimana prinsip nirlaba dalam yayasan kesehatan dijalankan dengan baik.
Dengan kata lain, kisah fiksi ini memberikan gambaran ideal tentang bagaimana lembaga sosial seharusnya beroperasi dengan hati dan tanggung jawab.
Mengenal Konsep Yayasan Kesehatan dari Yulje Medical Center
Secara hukum, Yulje Foundation beroperasi layaknya yayasan kesehatan. Dalam sistem di Indonesia, yayasan seperti ini tidak berorientasi pada laba, melainkan bertujuan memberikan pelayanan sosial di bidang medis dan kemanusiaan.
Selain itu, rumah sakit yang berbentuk yayasan juga dapat memiliki unit usaha. Namun, keuntungannya wajib dikembalikan untuk mendukung tujuan sosial dan kemanusiaan, bukan untuk kepentingan pribadi pengurus.
Dengan demikian, keberadaan yayasan kesehatan menjadi wujud keseimbangan antara pengelolaan profesional dan semangat pengabdian sosial.
Misi Kemanusiaan Jeong Won: Cerminan Tujuan Yayasan Sesungguhnya
Karakter Jeong Won digambarkan sebagai pribadi yang penuh kasih dan memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi. Ia bahkan pernah bercita-cita menjadi pastor.
Dalam serial Hospital Playlist, Jeong Won aktif membantu pasien anak-anak yang kurang mampu—sebuah aksi nyata yang mencerminkan misi kemanusiaan dan semangat nirlaba yayasan.
Oleh karena itu, meskipun tidak disebut secara eksplisit sebagai pendiri yayasan, tindakannya menggambarkan nilai utama dari yayasan non-profit: membantu tanpa pamrih.
Misi Nirlaba dalam Yayasan: Uang Bukan Tujuan Utama
Pernah nggak sih, kalian bertanya-tanya, dari mana sumber dana rumah sakit Yulje yang megah itu? Apakah semua dibiayai oleh pasien?
Jawabannya, bisa ditemukan dari ketulusan hati Jeong Won sendiri.
Sebagai dokter anak dengan penghasilan tinggi, Jeong Won tidak mengumpulkan uang untuk dirinya sendiri. Sebaliknya, ia menggunakan sebagian besar bonusnya untuk membeli peralatan medis baru dan membiayai kebutuhan pasien.
Nah, yayasan itu seperti Jeong Won dalam bentuk organisasi.
Artinya, sebuah yayasan boleh saja memiliki usaha dan aset produktif. Namun demikian, seluruh hasilnya harus dikembalikan untuk kegiatan sosial—bukan dibagikan kepada pengurus atau pihak keluarga.
Inilah inti dari prinsip nirlaba yayasan yang membedakannya dari perusahaan komersial. Dengan begitu, keberlangsungan kegiatan sosial tetap terjamin tanpa mengorbankan integritas yayasan.
Tantangan dalam Menjaga Prinsip Nirlaba Yayasan
Menjaga semangat ideal yayasan tentu bukan hal yang mudah. Pada kenyataannya, ada beberapa tantangan besar yang sering dihadapi, di antaranya:
1. Tekanan Finansial
Karena bergantung pada donasi, sering kali arus kas yayasan tidak menentu. Hal ini bisa menjadi hambatan dalam menjalankan program sosial secara berkelanjutan.
Oleh sebab itu, diperlukan perencanaan keuangan yang matang agar kegiatan sosial tetap bisa berjalan dengan baik.
2. Biaya Operasional yang Sering Disalahpahami
Di sisi lain, publik kadang beranggapan bahwa 100% dana donasi harus langsung disalurkan ke penerima manfaat.
Padahal, yayasan juga membutuhkan dana untuk operasional seperti listrik, gaji pegawai, dan perawatan fasilitas.
Tanpa dukungan operasional yang cukup, yayasan tidak bisa menjalankan kegiatannya secara profesional dan berkelanjutan.
Dengan demikian, transparansi dalam pelaporan keuangan menjadi kunci untuk menjaga kepercayaan publik.
Yulje: Representasi Ideal dari Yayasan yang Profesional dan Peduli
Warisan kekayaan dari ayah Jeong Won tidak membuatnya berhenti berbuat baik. Ia mengelola ruangan VIP di rumah sakit sebagai sumber dana tambahan.
Meskipun begitu, seluruh hasilnya tetap dikembalikan untuk meningkatkan fasilitas medis dan pelayanan pasien.
Menariknya, banyak rumah sakit di Indonesia yang berbentuk yayasan kesehatan juga menerapkan prinsip serupa—mengelola sebagian fasilitas secara komersial untuk mendukung kegiatan sosial.
Dengan cara ini, mereka, seperti Yulje dan Jeong Won, membuktikan bahwa profesionalitas dan kemanusiaan dapat berjalan beriringan dalam prinsip nirlaba.
Kesimpulan: Meneladani Prinsip Nirlaba Yayasan ala Jeong Won
Melalui kisah Hospital Playlist, kita bisa belajar bahwa yayasan bukan hanya lembaga hukum, tetapi juga wadah kemanusiaan.
Selain itu, prinsip nirlaba bukan sekadar kewajiban hukum, melainkan juga komitmen moral untuk mengabdi pada sesama.
Pada akhirnya, dengan meneladani semangat Jeong Won, semoga semakin banyak yayasan di Indonesia yang menjalankan misi sosialnya secara transparan, beretika, dan penuh cinta terhadap kemanusiaan.